MENTARI PAGI EDISI 560, RABU 18 DESEMBER 2019
18 Dec 2019
REVIEW IHSG


Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan Selasa, (17/12/19) ditutup menguat 0.53%, mengakhiri perdagangan kemarin di level 6.244,353. Tiga sektor terkapar dizona merah sementara tujuh sektor lainnya bertahan dizona hijau.

Sektor mining (+1.38%) memimpin penguatan perdangan kemarin disusul sektor basic industry and chemicals (+1.06%) sedangkan sektor dengan pelemahan paling signifikan yaitu sektor miscellaneous industry (-0.51%). Perdagangan kemarin tercatat 10.471 milyar saham diperdagangkan serta total nilai transaksi mencapai Rp 8.138 triliun. Asing juga mencatatkan pembelian bersih (net foreign buy) dikeseluruhan pasar mencapai 102.96 milyar.

Hari ini kami prediksi IHSG masih berpotensi mengalami penguatan terkait berita positif yang datang dari AS-China yang telah menyepakati perjanjian perdagangan fase pertama. Namun demikian, saat ini investor masih dalam posisi wait and see melihat arah kelanjutan damai dagang ini. Jika dilihat secara teknikal IHSG sudah berada diwilayah jenuh beli (overbought) sehingga penguatannya akan cenderung tertahan. Namun potensi penguatan masih terlihat dari posisinya yang bergerak diatas rata-rata nilainya dalam lima hari terakhir (MA5) dan ada potensi IHSG menguji level 6.300 dalam jangka waktu tujuh hari kedepan atau hingga akhir tahun.

BERITA EKONOMI

Pemerintah berlakukan larangan ekspor bijih nikel 1 Januari 2020

Pemerintah akan menjalankan kebijakan larangan ekspor biji nikel yang akan efektif pada 1 januari 2020 mendatang. Walau digugat oleh Uni Eropa ke WTO karna dianggap merugikan dan membatasi akses bahan baku baja bagi industri di negara-negara Uni Eropa pemerintah tampak tidak gentar menghadapi gugatan tersebut.

Lebih lanjut Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan mengatakan alasan pelarangan ekspor tersebut karna Indonesia perlu untuk hilirisasi mineral khususnya nikel agar dapat diolah dan mencipatakan nilai tambah yang akan meningkatkan nilai komoditas terebut naik berkali lipat dari pada jika hanya terus mengekspor dalam bentuk mentahan nya saja. Menurutnya, pelarangan eksport tersebut justru mendatangkan investasi masuk ke Indonesia untuk pembangunan fasilitas pembuatan baterai lithium dengan teknologi High Pressure Acid Leaching (HPAL). Dan hasil dari hilirisasi mineral tersebut diharapkan juga dapat menekan defisit transaksi berjalan alias Current Account Deficit (CAD).

Menurut HIMA AE, pelarangan tersebut akan berdampak negatif pada pendapatan dari perusahaan pertambangan dan juga berkurangnya hasil ekspor yang justru akan meningkatkan defisit transaksi berjalan secara langsung dalam jangka pendek, namun jika pemerintah dapat menciptakan iklim investasi yang stabil bagi para investor dan kebijakan yang memajukan tata niaga perdagangan nikel domestik bukan tidak mungkin investasi pembangunan smelter akan mempercepat nilai tambah mineral Indonesia yang akan menguntungkan dalam jangka panjang, hal ini selaras dengan kebutuhan akan lithium untuk kebutuhan baterai kendaraan listrik yang akan semakin meningkat di masa depan.

Sumber: Kontan, CNBC Indonesia

REKOMENDASI SAHAM

Pada perdagangan Selasa, 17 Desember 2019 PT. Bank Central Asia Tbk (BBCA) ditutup menguat sebesar +2,20% pada harga Rp32.500. Jika dilihat dari Analisis Teknikal pada perdagangan kemarin membentuk Candle Long White Body yang mengindikasikan adanya potensi penguatan. Hal ini juga didukung oleh indikator Bolingger BandMACD dan Volume yang memiliki korelasi positif terhadap penguatan saham tersebut.

Recommendation : Buy

Target Price : Rp33.000

Stop Loss      : Rp32.200


(DISCLAIMER ON)



Telah diterbitkan di
https://hima-analisefek.com/2019/12/18/mentari-pagi-edisi-560-rabu-18-desember-2019/